watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PENGORBANAN WATI

Sepertinya aku harus mengubur dalam-dalam
impianku untuk menjadi satu-satunya
perempuan dengan gelar MBA di kampung ini.
Sia-sia sudah semua jerih payah selama masa
kuliah dulu. Semuanya berawal dari datangnya
musim kemarau yang berkepanjangan tahun lalu.
Untuk mengembangkan usahanya, Abah telah
mendapatkan kredit yang lumayan besar dari
sebuah bank swasta. Semula, Abah tidak
mengalami kesulitan untuk membayar cicilan
kreditnya karena hasil yang diperoleh Abah dari
perkebunannya yang luas dan modern sangat
berlimpah. Karena itulah Abah dapat mengirim
aku ke Jawa untuk kuliah di sebuah universitas
terkemuka di negeri ini. Namu, musim kemarau
berkepanjangan tahun lalu telah menghancurkan
semuanya. Semua tanaman di ladang dan kebun
Abah mati kekeringan. Karena stress, Abah
terkena stroke dan aku pun harus membatalkan
niatku untuk melanjutkan kuliah di tingkat S2.
Semakin hari kondisi Abah tambah menurun.
Kami sekeluarga harus menjual barang-barang
berharga kami untuk biaya pengobatan dan
membayar cicilan kredit ke bank. Pada bulan ke-
enam, kami sudah tidak punya apa-apa lagi yang
dapat kami jual, sementara rumah dan lading
sudah diagunkan Abah ke bank untuk
mendapatkan kredit sehingga tidak mungkin kami
menjualnya.
Sebulan yang lalu, beberapa orang petugas bank
datang menagih pembayaran cicilan kredit yang
sudah tidak lagi dapat kami bayar selama tiga
bulan. Mereka mengancam akan menyita rumah
dan lading apabila kami tidak dapat melunasi
tunggakan pembayaran dalam waktu dua
minggu. Kami hanya bisa menangis, memohon
belas kasihan orang-orang bank itu. Namun,
mereka hanya petugas rendahan yang tidak
memiliki wewenang besar, sehingga mereka tidak
dapat membantu kami.
Di tengah kekalutan, datang seorang laki-laki
paruh baya yang bersedia membantu kami. Dia
adalah salah seorang terkaya di kampung kami,
yang juga sekaligus merupakan saingan usaha
Abah. Kami mengenal pria ini sebagai Pak Kusrin.
Semua hutang-hutang kami dibayar lunas oleh
Pak Kusrin pada hari itu juga. Kami semua sangat
senang dan berterima kasih pada Pak Kusrin,
karena tanpa dia, kami mungkin harus tinggal di
kolong jembatan atau emperan toko.
Malam itu Pak Kusrin datang ke rumah kami dan
aku menemani Mak untuk menemuinya. Tak
disangka, ketika Mak pergi menengok Abah di
kamar, Pak Kusrin mengatakan hal yang tidak
pernah terlintas di pikiranku.
“Kamu sadar, kan … Wati, Utang abah kamu
besar sekali. Saya harus mengeruk tabungan
untuk melunasinya. Tentunya saya tidak mau itu
dianggap amal jariah. Saya harus mendapatkan
sesuatu. Saya ingin mendapatkan kamu, Wati,”
kata Pak Kusrin.
“Ma …. Mmaa …maksud Pak Kusrin, bapak mau
mengambil saya sebaga istri?” tanya ku terbata-
bata.
“Wati … Wati …Kalau saya mengambil kamu
sebagai istri, maka hubungan utang piutang di
antara kita akan hilang. Saya tidak mau itu. Saya
bilang kan tadi saya ingin mendapatkan kamu,
tubuh kamu persisnya. Saya ingin menikmati
tubuh kamu sampai saya anggap utang itu
lunas,” kata Pak Kusrin sambil menyeringai.
Begitu mendengar keinginan Pak Kusrin, Mak
langsung meminta Pak Kusrin pergi dari rumah
kami, namun Pak Kusrin membalas ucapan Mak
dengan mengatakan bahwa dial ah yang
sebenarnya berhak untuk mengusir kami dari
rumah ini. Pak Kusrin benar dan kami tidak punya
alasan lain untuk membantahnya. Aku dan Mak
menangis sambil berpelukan. Namun aku sadar
bahwa dengan merelakan tubuhku, aku akan
dapat menyelamatkan kedua orang tuaku yang
sangat aku sayangi. Karena itu, aku mengiyakan
permintaan Pak Kusrin.
Malam itu, Pak Kusrin menjadi lelaki pertama
yang menyetubuhi aku. Aku merelakan
keperawananku untuk membayar utang Abah.
Di sini, di kamar ini, untuk pertama kalinya aku
melayani laki-laki. Pak Kusrin bahkan tidak mau
repot-repot menghabiskan uang untuk menyewa
kamar hotel untuk menikmati tubuhku. Begitu aku
mengiyakan niatnya, dia meminta aku bersiap-
siap di kamarku sambil menunggu obat kuat
yang diminumnya bereaksi. Aku masih duduk di
ujung tempat tidur ketika Pak Kusrin masuk ke
kamarku. Dia langsung menghampiri aku tanpa
peduli bahwa dia membiarkan pintu kamarku
terbuka lebar dan kemudian membelai rambutku.
Tiba-tiba dia membuka retsleting celananya dan
mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang. Aku
terkesiap. Itu adalah kali pertama aku melihat
kontol, dan kontol itu ada di depan wajahku.
Pak Kusrin meminta aku mengulum kontolnya.
Dengan tangan gemetar aku memegang kotol
Pak Kusrin dan memasukkannya ke mulutku. Air
mataku berlinang. Betapa tidak, aku yang
berpendidikan tinggi ini pada akhirnya terpaksa
harus mengulum kotol laki-laki tua. Pak Kusrin
menjambak rambutku dan memaksa aku untuk
mengocok kontolnya dengan mulutku. Meski
sempat tersedak, aku berusaha untuk
menyenangkan lelaki tua bangka ini. Pak Kusrin
menikmati layananku sambil mendesah dan
mendesis. Setelah beberapa menit berlalu, kotol
Pak Kusrin menjadi semakin tegang dan Pak
Kusrin memegang kepalaku dengan kedua
tangnnya sambil mendorong kontolnya ke dalam
mulutku. Dia mencapai klimaks dan air maninya
menyembur keluar di dalam mulut ku. Karena
kepalaku tertahn kedua tangan Pak Kusrin, aku
terpaksa menelan peju yang keluar agar aku tetap
bisa bernafas. Sebagian peju Pak Kusrin meleleh
keluar dari mulutku ketika Pak Kusrin menarik
keluar kontolnya dan tumpah membasahi bajuku.
Kemudian Pak Kusrin meminta aku membuka
semua pakaian yang aku kenakan. Pak Kusrin
menjadi lelaki pertama yang pernah melihat aku
telanjang bulat. Dia memandangi tubuh mulusku
sejenak dan meminta aku rebah di atas tempat
tidur, sementara dia melucuti pakaiannya sendiri.
Dia naik ke atas tempat tidur dan kedua
tangannya mulai mengeranyangi dadaku. Dia
meremas payudaraku dengan lembut sambil
memainkan pentilnya. Aku terdiam bagaikan
patung. Aku berusaha untuk mengabaikan rasa
geli yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya
pada buah dadaku. Salah satu tangannya meraih
ke selangkanganku dan membelai lembut
memekku. Sementara itu, dia memainkan
lidahnya pada salah satu payudaraku. Aku begitu
marah pada diriku sendiri karena aku seharusnya
tidak menikmati apa yang dia lakukan pada
tubuhku, namun aku tidak kuasa menahannya.
Pak Kusrin telah memberikan sensasi yang tidak
pernah aku rasakan sebelumnya. Sensasi yang
membuat aku melambung ke awing-awang.
Tanpa sadar aku membuka lebar-lebar kedua
pahaku dan mengerak-gerakkan pantatku. Pak
Kusrin membuka bibir memekku dan dengan
jari-jarinya dia mulai menggosok-gosok itilku
dengan lembut. Mulutnya tak henti-hentinya
menyedot pentil buah dadaku. Tubuhku sudah di
luar kendaliku sendiri karena nafsu birahi telah
menguasaiku. Kini aku yang mendesah dan
mendesis. Perlahan-lahan kepala Pak Kusrin
berpindah dari dadaku, turun ke perutku dan
akhirnya dia menempatkan kepalanya di
selangkanganku. Kini dengan lidah dan bibirnya
dia melahap memekku. Habis sudah
pertahananku. Aku kini bahkan menyodor-
nyodorkan memekku sambil memembelai dan
sesekali merenggut rambutnya. Sensasi yang tak
pernah aku rasakan itu begitu indah dan nikmat.
Melihat aku sudah sangat terangsang, Pak Kusrin
berhenti dan mengambil posisi di antara kedua
pahaku. Kontolnya dia gesek-gesekkan ke itil dan
lubang memekku. Aku yang sudah dikendalikan
nafsu justru mengangkat pantatku sehingga
ujung kotol Pak Kusrin menyodok masuk ke
lubang memekku. Aku tersentak. Sensasi yang
aku rasakan ternyata jauh lebih nikmat sehingga
tanpa sadar aku memohon Pak Kusrin untuk
cepat-cepat memasukkan kontolnya ke memekku
yang sudah basah oleh cairanku endiri dan liur
Pak Kusrin.
“Masukin, Pak … Masukin …. Aku sudah gak tahan
lagi,” kataku.
“Hehehehe … Siapa tadi yang menagis tersedu-
sedu gak mau melayani aku? Hahahaha … Nih,
aku kasih ….” katanya sambil melesakkan
kontolnya ke lubang memekku yang masih
sempit. “Agak sakit sedikit, kamu tahan ya …”
“Ahhhhhhh …… Shhhhhhh …. Enakkk …Pak,”
kataku. Separuh kotol Pak Kusrin kini sudah
masuk ke dalam memekku. Dia mengerakkan
pingulnya maju mundur dengan perlahan. Aku
meracau dilanda kenikmatan yang timbul karena
gesekan dinding memekku dengan kotol Pak
Kusrin. Tiba-tiba Pak Kusrin mengigit leherku dan
menyentak pinggulnya maju sehingga kontolnya
masuk semuanya ke memekku.
“Aaaaauuu …. Sakit …. …Pak!” aku tersentak.
Selaput daraku kini sudah tembus di dorong kotol
Pak Kusrin. Namun rasa pedih di leher dan rasa
kaget karena digigit secara tiba-tiba membuat aku
tidak terlalu merasakan pedih yang timbul karena
sobeknya selaput daraku. Pak Kusrin cuma
terkekeh.
“Gimana? Gak terlalu sakit kan memek kamu?”
“Enggak Pak, tapi pelan-pelan keluar masuknya.
Masih agak nyeri …”
Kemudian Pak Kusrin mulai melakukan gerakan
memompanya. Awalnya perlahan-lahan dan
kemudian semakin cepat.
“Ahhhhh Watiiiii …. Nimaaat bangeeeet ….. “ kata
Pak Kusrin.
Aku tidak menjawabnya. Aku terlalu sibuk
menikmati persetubuhan itu dan sesekali aku
mengangkat pantatku untuk menyambut tusukan
kotol Pak Kusrin di memekku. Aku merangkul
dan membelai-belai punggung Pak Kusrin. Aku
sudah memperlakukan Pak Kusrin seperti
seorang suami. Pak Kusrin mempercepat
gerakannya dan aku pun semakin melambung ke
angkasa. Aku merasakan dorongan yang sangat
kuat di bagian rahimku yang membuat aku
seperti mengejan. Seluruh otot-otot di tubuhku
mengejang. Memekku berdenyut-denyut.
“AAAAAAAAAAH …….
AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …” aku
menjerit keras ketika aku mencapai orgasme
pertamaku. Hal yang semula aku lakukan karena
terpaksa untuk menyelamatkan martabat orang
tuaku ternyata begitu nikmat. Mungkin ini adalah
kompensasi yang diberikan Tuhan atas
pengorbananku. Tubuhku begitu rileks setelah
puncak kenikmatan bersetubuh itu aku capai. Aku
terbujur di atas tempat tidur sambil meresapi
setiap sensasi yang aku rasakan.
Pak Kusrin yang belum mencapai klimaks tidak
terlalu suka dengan kondisi memekku yang
sangat basah serta tubuhku yang lemas tanpa
reaksi. Dia mencabut kontolnya dari memekku
dan berganti posisi. Dia menempatkan kontolnya
di antara kedua buah dadaku. Dia memegang
buah dadaku dengan kedua tangannya sehingga
kontolnya terjepit kedua benda lembut tapi kenyal
itu. Lalu dia menggerakkan pinggulnya dan
memperlakukan celah di antara kedua buah
dadaku seperti yang dia lakukan pada memekku.
Aku yang masih lemas karena orgasmeku hanya
terdiam memandangi kepala kotol Pak Kusrin
yang timbul tenggelam dari celah itu. Setelah
beberapa menit Pak Kusrin mempercepat
gerakkannya dan akhirnya air maninya
menyembur membasahi wajah, leher dan
payudaraku. Dia pun ambruk di sisiku sambil
mengatur nafasnya.
“Bukan main! Asyik sekali yang barusan itu ….”
kata Pak Kusri sambil kembali mengenakan
pakaiannya. “Mulai hari ini sampai batas waktu
yang aku tentukan nanti, kita akan sering
melakukannya. Kamu harus siap kapan pun saya
ingin menyelipkan kotol ini di memek kamu,”
sambungnya sambil berjalan meninggalkan aku
yang terbujur lemas di atas tempat tidur.
Begitu aku sadar tentang apa yang telah terjadi,
air mataku menitik keluar. Aku tidak menyesali
pengorbananku, namun aku menyesali mengapa
aku begitu menikmati persetubuhan itu. Aku
merasa jijik pada diriku sendiri, tetapi aku tidak
bisa memungkiri bahwa kenikmatan yang aku
dapat dari persetubuhan itu memang begitu
indah. Aku bahkan tidak menyeka mukaku yang
berlumuran air mani Pak Kusrin yang bercampur
air mataku.
Mak yang rupanya sempat menyaksikan detik-
detik terakhir persetubuhanku dengan Pak Kusrin
dengan setengah berlari menghambur masuk ke
kamar dan menghampiriku “Watiiii …… Maafkan
Mak dan Abah ya nak. Karena kami kau harus
melakukan ini,” kata Mak sambil membersihkan
wajah. Leher dan dadaku dari air mani Pak Kusrin
dengan sapu tangan yang diambilnya dari meja
riasku. (Aku masih menyimpan sapu tangan
bernoda air mani Pak Kusrin itu dan sesekali aku
menciumi aroma laki-laki yang samar-samar
masih tersisa di sana). Aku hanya diam
mematung di atas tempat tidurku, tak mapu
untuk berkata apa-apa. Mak menutup tubuh
telanjangku dengan selimut dan menyuruh aku
untuk tidur. Aku pun terlelap sampai pagi.
Sebelum pergi meninggalkan rumah kami, Pak
Kusrin sempat menaruh beberapa lembar uang
ratusan ribu di atas meja riasku. Aku pergunakan
uang itu untuk biaya pengobatan Abah dan
makan sehari-hari. Sejak saat itu, aku telah
menjadi gundik pemuas nafsu birahi Pak Kusrin
untuk waktu yang aku pun tidak tahu berapa
lama.
Pagi tadi, ketika aku kembali dari pasar, aku
bertemu Pak Kusrin di tengah jalan. Dia sedang
berdiri sambil mengobrol dengan Pak Jono,
sopirnya. Rupanya Pak Kusrin sedang meninjau
pembuatan sumur bor di tengah ladangnya. Jalan
di desa kami memang tidak pernah terlalu ramai,
sehingga Pak Kusrin bisa memarkir mobilnya di
bahu jalan tanpa menghalangi orang yang lalu
lalang. Pak Kusrin menyapaku dan meminta aku
untuk berhenti sebentar.
“Wah baru selesai belanja rupanya …” kata Pak
Kusrin.
“Ya, Pak … Untuk makan siang dan makan malam
Abah dan Mak nanti,” jawabku.
“Sini kamu. Aku kepingin sarapan dulu,” katanya
sambil menarik tanganku untuk mendekatinya.
Menyadari posisiku yang lemah, aku tidak berani
melawan. Begitu aku berdiri di sampingnya, Pak
Kusrin membuka retsleting celananya dan aku
mengerti apa yang dia mau. Aku berjongkok dan
mulai mengulum kontolnya. Sambil terus
mengawasi orang-orang yang sedang membuat
sumur bor, Pak Kusrin menikmati “sarapan pagi”
yang sedang aku berikan. Aku pegang kontolnya
dan aku gerak-gerakkan kepalaku maju mundur
sehingga kepala kontolnya keluar masuk dari
mulutku. Sesekali aku jilati ujung kontolnya
sambil beristirahat. Pak Kusrin begitu
menikmatinya sehingga dia mengerang,
mendesis bahkan kadang bergumam tidak jelas.
Suaranya membuat orang-orang yang sedang
membuat sumur bor menoleh ke arah kami.
Malu juga rasanya ditonton orang, walau hanya
cuma beberapa kepala saja.

kotol Pak Kusrin sudah begitu tegang dan keras.
Dia meminta aku berdiri dan melepas celana
dalamku. Semula aku menolak. “Masak di sini sih,
Pak … Kan gak enak ditonton orang,” kataku.
“Tenang saja … Ayo cepat buka,” katanya sambil
mengocok-ngocok kontolnya dengan tangannya
sendiri. Aku angkat rokku dan aku copot celana
dalamku dengan hat-hati agar memekku tidak
terlihat oleh orang-orang di lading atau Pak Jono
yang berdiri tidak jauh dari kami, setelah itu aku
lipat dan taruh di keranjang belanjaanku. Pak
Kusrin meminta aku berdiri di samping mobil dan
menaruh kedua tanganku di atas kapnya. Pak
Kusrin kemudian berdiri di belakangku dan
menyingkap bagian belakang rokku. Pantatku
yang telanjang terasa dingin diterpa angin. Aku
malu sekali karena pantatku bisa dilihat oleh
banyak orang sekarang. Akan tetapi bayangan
akan disetubuhi di udara terbuka dan disasksikan
orang banyak membuat aku agak terangsang.
Pak Kusrin sempat tersenyum begitu dia
menyentuh memekku dari belakang, karena
memekku ternyata sudah cukup basah.
“Wah sudah basah nih, sudah kepingin ya?”
katanya. “Baguslah, coba bungkukkan badanmu
sedikit biar saya gampang masuk,” sambungnya.
Aku mnegikuti keinginannya. Badanku aku
bungkukkan sedikit sehinga pantatku agak
menonjol ke belakang. Kakiku dilebarkan.
Akhirnya, hal itu pun terjadilah. kotol Pak Kusrin
masuk ke dalam memekku yang masih sempit
ini. Pak Kusrin masih agak kesulitan menembus
lubang di selangkaganku. Pelan-pelan dengan
dibimbing tangannya kotol Pak Kusrin akhirnya
melesak masuk. Badanku agak bergetar begitu
aku merasakan gesekan kotol Pak Kusrin pada
dinding-dinding dalam memekku. Perlahan-lahan
Pak Kusrin mulai menggenjot kontolnya keluar
masuk memekku.
“Ahhhhh ….. Aaaaahhhhhhh ….
Aaaaaaahhhhhhh….” desahku pada setiap
tusukan. Aku menggoyang pinggulku untuk
mengimbangi genkotan Pak Kusrin. “Shhhhhhh
…. Yeeeeeaaahhhhhh …… Aaaaaaahhhh …” aku
terus mendesah.
“Nikmat sekali … Goyang terus, Wati … Yaaaa ……
Kayak gituuuuu …… Uuuuuuuhhhhhhh …..” kata
Pak Kusrin. Tangan Pak Kusrin memegangi
pinggangku setiap kali dia mendorong kontolnya
masuk ke memekku. Sesekali dia meremas buah
dadaku dari balik baju.
Sensasi bersetubuh di pinggir jalan dengan
beberapa orang yang menyaksikannya sangat
luar biasa buat aku. Aku merasa seperti wanita
jalang yang hanya punya satu tujuan hidup: seks.
Aku sangat menikmati persetubuhan itu sehingga
tanpa sadar aku mengeleng-gelengkan kepalaku
sambil terus mendesah, mendesis dan bahkan
berteriak. Kenikmatan itu sudah mengambil alih
kendali atas tubuhku.
“Lebih cepat, Pak …. Lebih cepat …..
Yeeeeeaaaaaahhhh …. Shhhhh …. Genjot lebih
cepaaaaat …. Aku sudah mau keluar …” Pak
Kusrin pun memenuhi permintaanku. Kontolnya
bergerak lebih cepat keluar masuk memekku. Aku
merasa sudah hampir mencapai orgasme.
Tubuhku mengejang dan melengkung ke
belakang hingga berhimpitan dengan tubuh Pak
Kusrin.
“Aku mau keluar Pak …. Aku mau keluaaaaarrrrr
…. AAAAAHHHHH …. AAAAAAAAHHHHHHHH
…..AAAAAAHHHHHHHHHHH ….” Aku berteriak
melepaskan semua rasa ketika orgasme meledak-
ledak di dalam tubuhku. Orang yang lewat dan
para tukang yang sedang bekerja di lading
membuat sumur bor mengalihkan perhatian
mereka ke arah kami berdua. Aku sudah tidak
peduli lagi. Kenikmatan seksual ini jauh lebih
berharga bagiku. Sesaat setelah tubuhku kembali
melemas, Pak Kusrin mencabut kontolnya dari
memekku dan meminta aku melakukan oral lagi.
Hanya beberapa menit saja aku mengulum,
mengenyot dan menjilari kotol Pak Kusrin hingga
akhirnya kotol itu menumpahkan air mani kental
berwarna putih. Sebagian air mani itu membasahi
bajuku dan rambutku. Lalu aku menjilati sisa air
mani dari kotol Pak Kusrin hingga bersih.
Setelah itu aku membenahi rok dan bajuku dan
minta ijin Pak Kusrin untuk pulang. Celana dalam
sengaja tidak aku pakai lagi. Di sepanjang jalan,
ada beberapa orang yang menoleh ke arahku
ketika berpapasan. Aroma air mani segar yang
tumpah di bajuku mungkin yang menarik
perhatian mereka. Aku terus bejalan tanpa
mempedulikan mereka. Sesampai di rumah aku
memberika belanjaanku kepada Mak yang
bingung melihat ceceran air mani di bajuku. Tapi
dia tidak banyak tanya. Selitas aku melihat air
matanya berlinang. Aku pun tidak peduli. Kalau
memng aku harus menjadi budak seks Pak
Kusrin untuk menolong orangtuaku, mengapa
tidak sekalian saja aku menikmati setiap
persetubuhan yang aku lakukan. Bagaimanapun,
aku toh harus melakukannya ….
Hari ini aku kembali membawa Abah ke rumah
sakit untuk melanjutkan pengobatannya.
Syukurlah, dokter bilang kondisi Abah sudah
banyak kemajuan. Aku menyempatkan diri ketika
sedang berada di rumah sakit untuk
mengunjungi dokter kandungan. Aku minta pada
dokter itu untuk memasangkan spiral di rahimku.
Semula dokter menganjurkan aku untuk
mengurungkan niatku, namun dengan sedikit
kebohongan dia pun bersedia melakukannya. Aku
katakana pada dokter itu bahwa aku sedang
menyelesaikan kuliah S2-ku. Kehamilan pasti akan
sangat mengganggu. Entah aku dapat ide dari
mana untuk mengarang cerita bohong itu.
Dengan spiral di rahimku, aku tidak akan takut lagi
persetubuhanku dengan Pak Kusrin berakhir
dengan kehamilan.
Setelah beberapa hari tidak menyentuh tubuhku,
sore tadi Pak Kusrin bertandang ke rumah. Aku
tahu apa maksud kedatangannya dan aku pun
sudah menyiapkan diriku untuk kembali
melayaninya. Bayangan akan kenikmatan
orgasme membuat aku menjadi bergairah. Aku
sambut Pak Kusrin di pintu depan dan
menyilakannya duduk di ruang tamu. Setelah
menghidangkan secangkir teh, aku menemani
Pak Kusrin berbicang-bincang sebentar.
“Wati, kita ngewek di taman belakang sana yuk
…” kata Pak Kusrin. “Sudah lama kan kita gak
ngewek.” “Terserah Bapak saja … Saya kan gak
bisa nolak,” jawabku pasrah. Pak Kusrin bangkit
dari kursi tamu dan menarik tanganku untuk
mengikutinya ke taman belakang rumah. Taman
di belakang rumah tidak terlalu terbuka. Pagar
sampingnya lumayan tinggi, tetapi bagian
belakangnya sengaja hanya dipagari dengan
pohon perdu setinggi pinggang yang selalu
dipangkas rapi. Di taman itu, ada beberapa buah
kursi taman dari batu tanpa sandaran serta
sebuah meja batu besar. Di sekelilingya
ditumbuhi berbagai tanaman hias dan bunga. Ah,
bersetebuh di udara terbuka, membayangkannya
saja aku sudah terangsang. Tanpa disentuh pun,
memekku sudah basah ….
Pak Kusrin meminta aku menanggalkan semua
pakaianku. Dia agak kaget melihat ternyata aku
sudah tidak memakai celana dalam. Setelah tidak
ada benang sehelai pun yang menempel di
kulitku, Pak Kusrin meminta aku duduk di pinggir
meja batu besar. Dia juga mencopot pakaiannya,
sehingga kami pun berdua bugil seperti bayi baru
lahir. Dia berjongkok di hadapanku dan
mengangkat kedua kakiku. Ternyata dia ingin
menciumi dan menjilati memek dan itilku.
“Ssssshhhhhh …. Yahhhhhhhhhh ….. Itilnya, Pak
……… Itilnya ………… Yahhhhhh …….
Ohhhhhhhhhhhh ………” kataku sambil terus
mendesis menikmati setiap sapuan lidahnya di
itilku.
Setelah memekku benar-benar basah, Pak Kusrin
duduk di salah satu kursi batu dan meminta aku
duduk di pangkuannya. Dengan mudah
kontolnya masuk ke memekku ketika aku
menurunkan pantatku. Dengan bertumpu pada
pundak Pak Kusrin aku bergerak naik turun
sehingga kotol Pak Kusrin bergerak bebas keluar
masuk memekku. Sebentar saja aku sudah
tenggelam dalam kenikmatan birahi. Aku terus
mendesah dan mendesis. Ternyata Pak Kusrin
sangat menyukai tingkahku setiap kali dia
menyetubuhiku. Istrinya atau wanita lain yang
sering dia setubuhi biasanya hanya diam saja
menerima segala perlakuan Pak Kusrin. Desahan
dan teriakanku membuatnya lebih bergairah.
Sambil duduk seperti itu, itilku selalu bergesekan
dengan jembut Pak Kusrin yang kasar setiap kali
aku bergerak turun.
Setelah bermain dengan posisi duduk selama
beberapa puluh menit, Pak Kusrin meminta aku
rebah di meja batu besar dan dia pun
menyodokkan kontolnya ke memekku sambil
berdiri. Kedua kakiku dilipat ke atas dan ditopang
oleh kedua tangannya. Dengan begitu, memekku
menjadi menyembul ke atas dan lebih keras
menjepit kotol Pak Kusrin. “Aaaaahhhhhh …… Ini
baru enaaaaaakk ….” Kata Pak Kusrin sambil terus
menggenjot pinggulnya. “Genjot yang kuat, Pak
…. Ayo … dong ….” Kataku memberi semnagat.
Satu tanganku menjulur ke bawah untuk meraih
itilku sendiri. Sambil terus menikmati setiap
tusukan kotol Pak Kusrin di lubang memekku, aku
menggosok-gosok dan memilin-milin itilku.
Sementara tangan yang satu lagi aku pergunakan
untuk memilin-milin pentil buah dadaku.
Tanpa sadar mulutku terbuka lebar mendapatkan
kenikmatan rangsangan itu. “Ahhhhhh …
ahhhhhhh …. Ahhhhhh ….. ahhhhh ….” Keluar
dari mulutku setiap kali Pak Kusrin menyodokkan
kontolnya. “Kocok yang cepat, Pak … Lebih cepat,
lebih cepat …. Tolong, Pak … Kocok lebih
cepaaaattt ….. Aku sudah mau keluaaaarrrr ……
Ahhhhhh ……” seperti yang sudah-sudah Pak
Kusrin pun memenuhi permintaanku. Dia
menarik dan mendorong kontolnya lebih cepat.
Ergesekan kotol Pak Kusrin dan memekku
mengeluarkan bunyi berdecak-decak. Tubuh
kami sudah bermandi keringat. Entah pada
sodokan yang keberapa aku pun mencapai
orgasme. “AAAAAAHHHHHHHHHHHHHH
…………… AHHHHHHHHHHHHHH ….
AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH …..
EENNNNNNAAAAAKKKKKHHH !!!” teriakku. Kakiku
kaku menjulur ke atas dan pahaku mengatup.
kotol Pak Kusrin tak bisa lagi bergerak. kotol itu
berdenyut-denyut di dalam memekku dan
akhirnya menyemburkan cairan kental memenuhi
rahimku. “AAAARRRRGGHHHHHH ……” Pak
Kusrin pun berteriak sambil memancarkan cairan
spermanya. “WATIIIII …. SAYA JUGA
KELUARRRRR…”
Pak Kusrin tertunduk lemas sambil bertopang
pada meja batu dengan kedua tangannya. Kedua
kakiku kini menjuntai lemas. Namun Pak Kusrin
sepertinya sengja tidak mencabut kontolnya dari
memekku. Bahkan dia beberapa kali
mendorongnya agar masuk lebih dalam. Ketika
kontolnya sudah benar-benar lemas lunglai,
barulah Pak Kusrin mencabutnya dan rebah
disampingku.
“Wati, kamu tadi menjepit kotol saya sehingga
saya tidak bisa mencabutnya. Air mani saya
tumpah semua di dalam memek kamu. Apa
kamu sengaja agar kamu hamil?” tanya Pak
Kusrin. “Tenang Pak. Aku sudah pasang spiral .
Kecil kemungkinannya aku hamil,” jawabku.
“Ohhhh … sukurlah. Aku agak kaget tadi,” kata
Pak Kusrin lega dan untuk pertama kalinya dia
mencium keningku.
Setelah merenggut keperawananku dan
menyetubuhiku berulang kali, inilah kali pertama
Pak Kusrin menciumku. Aku memegang
wajahnya dan membelainya. Entah siapa yang
memulai, kami kemudian berpagutan. Kami
berciuman dengan lembut dan tidak tergesa-
gesa. Indah sekali … Lima menit kami berciuman.
Lidah kami bertemu dan bergelut di dalam
mulutku. Karena ciuman itu Pak Kusrin dan aku
kembali terangsang.
Tangan Pak Kusrin kembali beraksi meremas
payudaraku dan memainkan itilku secara
bergantian. Sementara aku membelai dan
mengocok kotol Pak Kusrin agar tegang kembali.
Begitu kontolnya kembali tegang, aku mendorong
Pak Kusrin agar rebah di atas meja batu dan aku
naik ke atas tubuhnya. Dengan sekali sentakan,
kotol Pak Kusrin kembali masuk ke memekku
yang masih basah oleh air maninya tadi. Dan
kami pun terhanyut kembali dalam gelombang
birahi Desahan dan teriakan kenikmatan kembali
keluar dari mulut kami.
Sore itu, dua kali Pak Kusrin menumpahkan air
maninya di dalam memekku dan dua kali pula
aku menguyur kotol Pak Kusrin dengan cairan
memekku ketika kami orgasme. Setelah puas, Pak
Kusrin kembali berpakaian dan pamit pulang. Tak
lupa dia menyelipkan beberapa lembar uang
ratusan ribu di tanganku. Aku menerimanya. Aku
butuh untuk pengobatan Abah, membayar listrik
dan makan sehari-hari.
Aku sengaja tetap tinggal di taman belakang,
rebahan di atas meja batu, telanjang bulat. Air
mani Pak Kusrin menetes keluar dari memekku.
Mungkin aku sempat terlelap di atas meja batu itu,
karena begitu aku tersadar tubuhku sudah
tertutup kain batik. Mungkin Mak yang
menyellimuti aku tadi. Aku pun bangkit dan pergi
ke kamar mandi untuk memberihkan badanku
dari keringatku dan keringat Pak Kusrin. Setelah
itu, aku masuk ke kamar dan rebahan di atas
tempat tidur hanya berbalut daster. Aku mencoba
memutar kembali rekaman persetubuhan kami
tadi dalam benakku. Nikmat sekali …. Sejenak aku
bisa melupakan semua kesulitan dan masalah
yang membelit keluargaku. … Terima kasih,
Tuhan…
Aku mendapat kabar dari Pak Jono tadi siang
ketika dia membawakan satu kardus penuh berisi
jamu-jamuan untuk wanita bahwa Pak Kusrin
dan istrinya bertengkar hebat karena ada yang
melaporkan “kegiatan” kami berdua di pinggir
jalan tempo hari. Istri Pak Kusrin mengancam
untuk mengajukan gugatan cerai, tapi Pak Kusrin
cuma tersenyum saja mendengar ancaman itu.
Aku sempat bingung ketika Pak Jono bilang
terima kasih kepadaku. Ternyata setelah
pertengkaran itu, istri Pak Kusrin sudah beberapa
kali mengajak Pak Jono bersebadan.
“Saya sebenarnya berharap bisa ngewek sama
Neng Wati, tapi itu kan gak mungkin. Tapi, dapat
sering-sering ngewek sama Ibu saja saya sudah
senang … Hehehehe … Buat selingan, Neng.
Bosan juga sama yang di rumah,” kata Pak Jono.
Tadi sore Pak Kusrin datang berkunjung untuk
mendapatkan pelayanan seperti biasa. Kali ini dia
tidak pakai basa-basi lagi. Begitu aku duduk di
sampingnya di sofa, dia langsung menyergap
aku dan kami pun berciuman. Selama beberapa
puluh menit bibir dan lidah kami bertautan.
Sementara itu tangan Pak Kusrin terus bergerilya
di setiap bagian tubuhku. Baju kami pun stu per
satu lepas dari badan kami, sehingga kami berdua
benar-benar telanjang seperti bayi yang baru
lahir.
Di sana, di atas sofa di ruang tamu, ketika sinar
matahari sore masih menerangi ruangan itu, aku
dan Pak Kusrin kembali terhanyut dalam
panasnya gelora birahi. Tanpa mempedulikan
bahwa kami dapat menjadi tontonan orang yang
lewat di jalan depan rumah, kami terus bergelut
di atas sofa yang kini mulai basah dengan
keringat kami.
Pak Kusrin mendorong tubuhku hingga rebah di
sofa. Kedua kakiku diangkatnya, lalu disangga
dengan bahunya. Perlahan-lahan dia
mengarahkan kontolnya ke memekku. Aku
membantu membimbing ujung kotol Pak Kusrin
agar tepat sasaran. Sekali dorong, kotol Pak
Kusrin pun menerobos masuk liang
sanggamaku. Sambil memegang kedua
betisku,Pak Kusrin mulai melakukan gerakan
maju mundur sehingga kontolnya timbul
tenggelam dalam memekku. Buah dadaku
berguncang-guncang seirama dengan setiap
sodokan kotol Pak Kusrin ke dalam memekku.
Aku meraih sebuah bantal sandaran sofa untuk
menyangga kepalaku. Dengan posisi begitu, aku
bisa melihat gerakan kotol Pak Kusrin yang keluar
masuk memekku. Setiap kali Pak Kusrin
mendorong masuk kontolnya, memekku
menjadi agak kempot dan ketika kotol itu ditarik
keluar, memekku menjadi agak gembung. Aku
sangat terkesan dengan apa yang aku lihat di
selangkanganku. Semua itu membuat aku
semakin terangsang.
“Kamu suka melihatnya, Wati?” tanya Pak Kusrin
sambil terus bergoyang. “Ahhhhhh ……Iya,
Ahhhhhhhhh …….. tapi aku lebih suka rasanya.
Ahhhhhh …. Yeahhhhh …. Sssssshhhh ….
Yeahhhhh …. Ahhhhhhh ….” Jawabku di sela-sela
desahan kenikmatan. Setelah sekitar sepuluh
menit, kakiku terasa pegal. Pak Kusrin menekuk
lututku sehingga sekarang pahaku bertumpu
pada perut dan dadaku. Namun baru lima menit
disodok dengan posisi seperti itu, gentian Pak
Kusrin yang merasa pegal dan dia minta ganti
posisi. Aku menyuruhnya berbaring di sofa
dengan kedua kaki lurus di atas sofa. Aku naik ke
atas tubuhnya dan menancapkan kontolnya
kembali ke memekku. Aku merasa seperti
seorang koboi yang sedang menunggang kuda.
“Oooooohh … yeahhhhhhh …. Hussss ….
Hussssss,” kakatu sambil bergaya seperti koboi.
“Ya … Goyang terus, Wati …. Enak sekali ….
Teruuuuuss ….” Ujar Pak Kusrin sambil
menggapai buah dadaku dan meremasnya.
Aku terus menggerakkan pantatku naik turun
sehingga kotol Pak Kusrin bisa terus bergesekan
dengan dinding-dinding dalam memekku. Setiap
gesekan memberi kami sensasi yang luar biasa
dan tidak terbayang nikmatnya. Keringat semakin
deras mengucur dari tubuh kami. Aku
mempercepat gerakkanku karena kau merasa
sudah hampir mencapai klimaks. “Ahhhhh ….
Ahhhhhh … Ahhhhhh ….. Aku sudah mau
sampai, Pak …. Aahhhhh …. Ahhhh …” kataku.
“Saya juga ..” kata Pak Kusrin sambil
menggerakkan pantatnya sehingga gesekan
antara memekku dan kontolnya semakin cepat.
Tak lama kemudian puncak itu pun tercapai.
“YEEAAAAHHHHH…. AAAAAHHHHHHHHH
…….AHHHHHHHHHHH,” kami pun berteriak
bersamaan melepas semua rasa. Badanku
mengejang dan menekuk ke belakang sehingga
aku harus bertumpu pada kedua kaki Pak Kusrin
yang juga menjadi kaku. Tubuhku bergetar hebat
dan akhirnya aku tumbang dan rebah di atas
dada Pak Kusrin. Nafas kami memburu cepat,
secepat detakan jatung kami.
Kami berpelukan dan kembali berciuman selama
beberapa menit. Tangan Pak Kusrin mengelus-
elus punggungku sementara aku terus berbaring
di atas badannya. Aku biarkan kotol Pak Kusrin
tetap di dalam memekku walaupun kotol itu
sudah tidak lagi tegang. Aku ingin lebih lama
merasakan kehadiran kotol itu di memekku. Ketika
akhirnya aku bangkit berdiri, air mani Pak Kusrin
yang bercampur cairan dari memekku sendiri
merembes keluar dan mengalir di sisi dalam
kedua pahaku. Aku duduk di sofa dan aku biarkan
cairan kami itu membasahi sofa.
Setelah berpakaian kembali, Pak Kusrin
menghampiriku yang masih terduduk lemas di
sofa dan telanjang bulat. Pak Kusrin mengecup
keningku dan mengucapkan terima kasih atas
kenikmatan yang baru saja dia dapatkan dari
tubuhku. Sebelum melangkah keluar, Pak Kusrin
seperti biasa mengeluarkan beberapa lembar
uang ratusan ribu dari dompetnya. Kali ini uang
itu dia gulung dan diselipkannya ke dalam
memekku yang masih saja mengucurkan sisa-sia
air maninya.
Setelah hilang lemasku, aku raih pakaianku yang
terserak di lantai dan berjalan masuk menuju
kamarku sambil tetap telanjang. Setelah
melempar pakaianku ke atas tempat tidur, aku
ambil selembar handuk. Aku keluar kamar
dengan handuk di tangan menuju ke kamar
mandi. Di ruang makan, aku bertemu Mak. Aku
berikan uang pemberian Pak Kusrin yang telah
basah terkena air mani dan cairan memekku tadi
ke Mak. Hari ini, uang yang kami butuhkan untuk
makan itu benar-benar keluar dari memekku ….


Adult | GO HOME | Exit
1/659
U-ON

inc Powered by Xtgem.com